Simbol dalam Fotografi Zaman Kolonial dari Potret Lawas

Amatan menarik. Sedari dulu kala, buku selalu jadi kode dalam potret untuk diam² mengatakan si empunya ini orang berilmu, orang berkemampuan minda. Dari mula: potret seorang nyonya muslim di Manado 1900-an, pelukis Raden Saleh dan bupati Serang Tjondronegoro, circa 1870.






Sesignifikan apa penanda semacam itu? Cukup signifikan terutama dalam
potret² pribadi, bukan yang diambil untuk keperluan komersil. Sebagai
benda baru, fotografi segera jadi "social currency" kalangan atas. Itu
kenapa potret studio lekat dg kode² yang memoles citra si empunya.

Bintang² gelar mmg ciri khas Raden Saleh. Yg dipakai: Orde van de Eikenkroon & Hausorden vom Weißen Falken.

Itu
sebabnya bupati Serang terkesan "kemaruk" dalam potret. Tak cukup buku
terbuka, kita bisa lihat sembulan keris dari pinggangnya, rantai emas
hadiah pemerintah Hindia, serta... abdi pembawa topi, tongkat, dan
sarung tangannya – acap kali model bayaran.

Fotografer memang
berperan besar. Namun, kendali utama dalam potret² pribadi selalunya
tetap di tangan empunya. Raden Saleh misal, diketahui sempat salin
seragam dan tukar properti. Kali ini bersama sang istri, ia turut
menggengam senjata kuas lukisnya.




Raden Saleh & RA Danudiredjo, keduanya menikah 1867. Sejumlah sumber menyebut sang istri adl kerabat Kraton Jogja.

Related Posts

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter