Sosialisasi KUR BRI dan Perpajakan di Desa


11 Maret lalu, KPP Pratama Jepara, Bank BRI, dan Asephi Jepara mengadakan saresehan di desa Mulyoharjo Jepara. Tema yang diambil adalah ada 2. Tema pertama yang disampaikan Bank BRI pertama kali adalah Cara Cerdas Memperoleh Modal Usaha Dengan Mudah, Cepat dan Murah. Tema kedua dari KPP Pratama Jepara adalah Sosialisasi Perpajakan. Hmm… asyik ya, jika sosialisasi semacam ini disampaikan dari desa ke desa? Lebih dekat dan merakyat. Dan yang jelas, warga lebih mudah digugah untuk menjadi wajib pajak yang baik.






Ketika datang, saya sempat tersenyum simpul melihat 2 tema yang tampak berseberangan. 1 memberi dan 1 meminta. Cara efektif untuk mengundang masyarakat. Karena jika hanya berupa sosialisasi pajak, pastilah warga akan takut duluan. Ternyata, memang ada korelasinya. Saya baru paham setelah mendengar langsung penjelasan dari nara sumber.




Acara dimulai dengan basmallah serta pengenalan narasumber. Pak Rosyid, Kepala Desa Mulyoharjo didaulat sebagai pemberi sambutan pertama. Beliau memperkenalkan Paguyuban Sentral Ramayana II. Sekilas tentang Paguyuban Sentral Ramayana II, Paguyuban Ramayana II adalah persatuan para pengrajin lemari dan perabot bergaya ukiran khas Ramayanan. Paguyuban ini berada di RW II desa Mulyoharjo. Pak Kades sederhana yang berpeci ini memberi himbauan-himbauan beliau pada warganya agar taat membayar pajak. Terkait permodalan Bank, Pak Rosyid mengutarakan keprihatinan karena beberapa warganya keluar dari desa karena menunggak bank dan tidak kembali. Usai sambutan Pak Kades, acara langsung ke pokok pembahasan. Maklum, malam sudah semakin menanjak sementara pembahasan masih panjang. Acara yang sedianya dimulai jam 8 malam molor menjadi jam 8:30.




Mas Andi dari BRI menjelaskan tentang Cara Cerdas Memperoleh Modal Usaha Dengan Mudah, Cepat dan Murah melaui KUR atau Kredit Usaha Rakyat. KUR yang dijelaskan adalah KUR perorangan dengan plafon tertinggi RP 20.000.000,-, bukan KUR Makro/Retail yang mencapai RP 250.000.000,-.





“KUR Makro sudah tidak ada,” tegas Mas Andi. Lebih lanjut, Mas Andi menjelaskan bahwa KUR Perorangan lebih mudah didapatkan warga dengan jumlah pinjaman RP 20.000.000,-. Bunga yang ditawarkan hanya 0,4% per bulan atau 9% per tahun. Cara pengurusan KUR BRI tidak dikenai biaya administrasi, dan hanya diangsur 11 kali. Sektor ekonomi yang dibiayai KUR Perorangan meliputi perikanan, pertanian, dan pengolahan.




Syarat mengajukan KUR BRI di Jepara sangat mudah. Siapkan KK, KTP, Surat keterangan usaha dari Kades, tidak punya tanggungan di bank lain, dan berusia minimal 21 tahun atau sudah menikah. BIcara mengenai jaminan pinjaman, Mas Andi menegaskan bahwa sebenarnya, jaminan yang diminta bank itu hanya pengikat transaksi, karena nilai jaminan dan pinjaman sangat jauh. Jadi, apapun kendaraan yang dijaminkan akan diterima karena hanya sebagai pengikat. Jadi motor seharga 6 juta bisa dijaminkan untuk pinjaman senilai 20 juta, misalnya. Para nelayan malah punya hak istimewa (Beberapa tamu memang dari nelayan sekitar desa Mulyoharjo, Ujung Batu, Bulu, dan Demaan), karena pass nelayan mereka bisa dijadikan agunan pinjaman. Hmm…. Saya tahu benar banyak kemudahan yang didapatkan para nekayan dan ikut senang – meski saya sudah lama tahu informasi ini karena saya tinggal di sekitar nelayan. Acara dilanjutkan dengan diskusi seru antara warga dengan pihak perwakilan dari Bank BRI. Tampak sekali animo warga meningkat karena mereka sudah jenuh terlibat hutang berkedok pinjaman lunak yang ternyata sangat mencekik leher. Semoga KUR BRI bisa membantu lebih banyak warga agar tak tergiur rentenir berkedok Bank. Aamiin.




Setelah membahas tentang permodalan dan bagaimana cara mendapatkannya, acara dilanjutkan dengan Sosialisasi Perpajakan yang disampaikan oleh Pak Totok. Pak Totok punya gaya asyik untuk menjelaskan perihal pajak yang masih menjadi “hantu tak berwujud” para wajib pajak, baik yang telah terdaftar maupun yang belum terdaftar. Dengan gaya jenaka namun edukatif, Pak Totok membuka diskusi dengan perkenalan diri dan teman-teman. Juga tentang gaji dan kewajibannya menyetorkan pajak penghasilan yang jauh lebih besar daripada wajib pajak non pegawai. Setelah perkenalan dan sekilas tentang pajak penghasilan, Pak Totok menjelaskan bahwa pajak untuk UMKM dan toko retail adalah senilai 1% dari omzet penjualannya. Jadi, jika omzetnya Rp 10.000.000,- pajak yang dibayarkan adalah RP 100.000,-. Jika omzet RP 100.000.000,- ya berarti pajak yang dibayarkan adalah RP 1.000.000,-. Pajak ini dibayarkan perbulan. Ketika ada warga yang mengernyitkan dahi, Pak Totok mencandai mereka, “Mau omzet 10 juta atau 100 juta?” Semua kompak menjawab 100 juta. Mau bayar pajak 100 ribu atau 1 juta? Kurang kompak dijawab 100 ribu dan langsung grr…. Tawa membahana.








Apa korelasi pajak dengan kredit KUR? Ternyata eh ternyata, uang yang dipinjamkan melalui KUR berasal dari pajak yang berhasil dikumpulkan. Jadi dari warga kembali ke warga. Jika ingin lebih banyak warga yang terbantu permodalannya melalui KUR, bayar pajak, ya.




Untuk membuka wacana warga mengenai pajak dan penggunaannya, Pak Totok menjelaskan tentang tanggungan Negara dan berapa pendapatannya. Pendapatan utama Negara berasal dari pajak. Jika wajib pajak banyak yang mangkir, maka Negara bisa berhutang semakin banyak ke luar negeri. Sayang saat itu kamera foto saya tidak bisa memfoto gambar presentasi dan ketika meminta file-nya, laptop sudah dimatikan. Jadi agak kurang jelas di angka-angka dan saya takut salah sebut. Maklum, jika bicara anggaran belanja Negara, angka nol-nya terlalu banyak. Satuan ratus dan trilyun yang hanya kata itu bisa berbeda arti sangat besar, Pokoknya nol-nya banyak dan saya ganya ingat angka 19 di RAPBDN dan 16 di target penerimaan pajak. Hahahaha… parah. Harus Ingetin Mas Amri, suami Mbak Ella agar kirimin file-nya nih. Saya lupa tagih beserta alamat surel, beliau juga lupa kirim (bagaimana kirimnya tanpa surel? Nitip ke istri. Nah lho, kalo saling nyagerke ya gini. Hahahaa).




Sudah ah.. apalah artinya angka-angka itu, yang penting action & hasil. Pepatah lama mengatakan, hasil tak pernah mengkhianati ikhtiar. Makanya, KPP Pratama Jepara sangat aktif meningkatkan pendapatan pajaknya di tahun 2016 ini. Makanya jangan heran jika tiba-tiba kamu dikirimi surat cinta dari pajak, ya. ;)




Kok gitu? Dari penjelasan yang saya dapatkan, target pendapatan pajak di Jepara dinaikkan. Agak kurang logis sih, menurut saya. Kasihan kan pegawai pajak yang dipaksa kreatif mengingatkan dan menagih pajak? Ups… mengenai ini, saya akan membuat postingan khusus ya.




Singkat kata (setelah berpanjang-panjang kata), Mas Totok menjelaskan tentang self assessment Wajib Pajak, yaitu mendaftarkan diri dan mengambil nomor wajib pajak bagi yang belum, pembayaran SPT dan pelaporan SPT pajak (Secara online, SMS, maupun datang ke kantor). Bayar pajak sekarang sangat mudah. Tak perlu antri setengah harian di kantor pos untuk pembayaran dan setengah hari di kantor pajak setelahnya seperti saya sebelum 2014. BIsa bayar via ATM, dan pelaporannya bisa via sms/online. Teknisnya? Datang ke KADIN Jepara saja setiap hari kerja. Ada SARENG PAJAK bersama mahasiswa Inisnu dan atau pegawai pajak yang dengan senang hati memandu dan menjelaskan sampai paham. Oh ya, penjelasan poin-poin di sini dan sesi tanya jawab yang gayeng digantikan oleh Pak Amri. Animo warga yang bertanya meningkat tajam, entah karena bahasan yang menarik atau goody bag dari KPP Pratama, yang jelas misi tersampaikan. Diskusi “hantu tak kasat mata” para pengusaha mulai mengabur. Pandangan bahwa kantor pajak sebagai kantor yang menyeramkan langsung cair karena gaya penyampaian yang asyik dan kenang-kenangan yang diberikan pada penanya. Banyak sekali yang bertanya ataupun curhat pajak secara langsung. Maka sesi Sosialisasi Pajak pun selesai dan digantikan acara selanjutnya. Malam semakin merambat, jam menunjukkan pukul 11 malam, tetapi suasana hangat karena tawa terasa.







[caption id="attachment_167" align="aligncenter" width="650"] Blogger & gadget, kelihatannya asyik main gadget sebenarnya kami membuat digital note di twitter tuk bahan tulisan ini[/caption]


Penjelasan ketiga disampaikan oleh Pak Haris Nur, ketua ASEPHI BPC Jepara. ASEPHI atau asosiasi eksportir dan produsen handicraft Indonesia adalah asosiasi mandiri aktif para pengusaha yang mengekspor olahan kayu dan kerajinan. Kelihatannya semacam LSM untuk eksportir mebel jika di Jepara. Saya tak banyak menangkap materi beliau, maaf, bukan karena tidak menyimak tetapi berupa sambutan singkat yang isinya ungkapan gembira dengan acara saresehan malam ini. Sebagai salah satu pihak yang memfasilitasi, seharusnya beliau memang menyampaikan sambutan setelah Pak Kades dan sebelum materi dimulai.




Acara keempat dan dadakan adalah penjelasan Pak Rumail Abas (saya biasa memanggilnya Mas Mail saja) mengenai direktori UMKM Online yang saat ini diluncurkan. Tepatnya kemarin tanggal 24 Maret di JTTC Jepara. Penjelasan Mas Mail saya sampaikan di posting yang lain saja agar bisa lebih banyak informasi yang tersampaikan. Direktori online dan UMKM Center Jepara ini akan menjadi oase bagi para UMKM Jepara yang ingin Go Online.




OK... sekian dulu ya penjelasan saya. Semoga bermanfaat. Nantikan tulisan saya mengenai SARENG PAJAK dan UMKM Online selanjutnya. Mohon maaf jika gambar kurang jelas. HP saya sudah menyerah dan pasrah pinjam hasil bidikan Mas Odi a.k.a Prabu Sakti dari @visitjepara. Oh ya, informasi mengenai kegiatan ini bisa dicari di twitter kami, @indra3h & @susierna

Related Posts

16 comments

  1. Smoga para pengusaha khususnya pada melek pajak

    ReplyDelete
  2. Ini Wordpress self hosting Mbak

    ReplyDelete
  3. Pengajuan KUR emang mudah dan prosesnya pun cepat, Mbak. Tapi sayang, kalau di tempatku, Nelayan mau ngajukan kredit itu lumayan rumit, soalnya agunan yang di survei kadang nggak memenuhi persyaratan dari bank nya sendiri. Padahal di Paciran itu dominan sama Nelayan. Namanya saja Pantura.

    ReplyDelete
  4. Wah keren blogger Jepara ini :-) Semoga tetap semangat.

    ReplyDelete
  5. Di sini, setahu saya tidak jadi masalah, Mbak. Sudah dengar sejak lama

    ReplyDelete
  6. acara yang informatif sekali..dan pastinya bermanfaat untuk yang hadir ya..

    ReplyDelete
  7. Eh, warga yang menunggak semacam buron yang meninggalkan desanya ya

    ReplyDelete
  8. Iya Mbak. Jadi ada upaya akktif kedua belah pihak.

    ReplyDelete
  9. Bukan nunggak Pajak, Say. Tapi bank yang meminjami modal mengambil alih seluruh aset sehingga YBS keluar dari desa

    ReplyDelete
  10. sebuah acara yang sangat membangun dan bermanfaat bagi warga yang hadir dalam acara tersebut

    ReplyDelete
  11. Benar sekali Nanda. Teima kasih ya sudah mampir ke sini

    ReplyDelete
  12. Saya juga ambil KUR, ga ada biaya administrasi cuma bayar materai 3 lembar sama BPJS ketenagakerjaan total 40ribuan. Disini Proses cepet ga sampai seminggu pengajuan udah cair,

    tapi tanda tangannya itu lho yang buanyak, ini yang kadang bikin orang enggan dan lebih milih pinjaman ke tukang kredit yang sebenarnya malah mencekik

    Eh malah curhat :)

    ReplyDelete
  13. acara ini sangat membantu bagi warga yang profesinya sebagai wirausaha. karena Kur BRI itu tujuannya membantu para warga yang lagi membutuhkan dan untuk berwirausaha. sangatlah bagus sekali. saya mendung acara ini.

    ReplyDelete

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter